Rabu, 07 Januari 2015

TUGAS 1

TUGAS I 
MAKALAH BAHASA INDONESIA 2  
TATA EJAAN

Kelompok 7

1. Silvina Ramadani      (27212014
2. Siti Alimah                (27212042
3. Vania Agatha             (27212546)

Kelas : 3EB22
 

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengerti bahasanya sendiri. Bukan berarti pada makna yang sebenarnya, akan tetapi mereka kurang paham tentang kaidah-kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa Indonesia.
Baik kita sadari atau tidak, kita itulah yang terjadi.Berangkat dari polemik di atas, makalah ini disusun.Di dalam makalah ini pembahasannya lebih kepada EYD dan tanda baca yang keduanya merupakan indikator dari keabsahan Bahasa Indonesia itu sendiri.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tim penyusun mengajukan beberapa rumusan masalah, di antaranya:
  1. Apakah EYD itu?
  2. Apa saja macam ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia?
  3. Bagaimakah penggunan tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam EYD?
1.3  TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh tim penyusun adalah:
  1. Mengetahui pengertian EYD
  2. Mengetahui jenis-jenis ejaan
  3. Mengetahui dan memahami tanda baca yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan cara penggunaannya yang benar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
Ejaan ialah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi,cara memisahkan atau menggabungkan kata dan cara menggunakan tanda baca. Dalam system ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan “ huruf ”. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut “ abjad ”.
Selain dari pada pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga :
2.2   ketetapan tentang bagaimana tentang satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan
2.3   ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik dua, tanda kutip, tanda Tanya, tanda seru.

2.1Macam-macam Ejaan

  1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:

  1. Huruf (u) ditulis (oe).
  2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
  3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
  4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
  5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
  6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
    • Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
    • Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
    • Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.

2.      Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
  1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
  2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
  3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
  4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
  5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
     6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
    7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah   (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).

3.      Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

4.      Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
  1. Pemakaian Huruf
Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan menggunakan 26 huruf. Ini berarti ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad. Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.
Selain huruf-huruf abjad dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong. Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:  
  1. Penulisan Huruf
Tentang penulisan huruf ini ada dua hal yang dibicarakan yaitu tentang penulisan huruf besar atau kapital dan tentang penulisan huruf miring.
Di dalam pedoman ejaan telah dijelaskan bahwa penulisan huruf kapital selain dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat juga dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Mengapa kamu sedih?
Ayah bertanya, “Mengapa kamu sedih?”
“Mengapa kamu sedih?”Tanya ayah.
Dalam pemakaian sehari-hari, terutama dalam suratkabar dan majalah, sering kita jumpa pemakaian nama gelar, jabatan dan pangkat diikuti selain nama orang, bahkan tidak diikuti sama sekali. Misalnya pada kalimat berikut:
  • Kemarin Gubernur Jawa Timur berkunjung ke Desa besuki.
  • Pada kesempatan itu, Gubernur menghimbau agar penduduk ikut mensukseskan sensus pertanian.
  • Bersamaan dengan itu, Camat Karang Ploso, Hermadi, juga melaporkan kemajuan daerah itu kepada Bupati Malang, Edi Slamet.
Pada prinsinya penulisan nama gelar, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang tidak ditulis dengan huruf kapital awal katanya.
c.       Penulisan Kata
Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata.
Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:
  1. Kata Dasar                  : Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun
  1. Kata Turunan              : Merupakan kata dasar yang telah mengalami perubahan berupa imbuhan
  1. Bentuk Ulang              : Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan lambang (-)
  1. Gabungan Kata           : Merupakan kata majemuk yang mewakili sebuah arti. Adakalanya ditulis terpisah, bersambung, maupun dihubungkan dengan tanda (-)
  1. Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya  : Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung
  1. Kata Depan di, ke, dan dari
  2. Partikel
  1. Penulisan Unsur Serapan
Masalah pemakaian atau penulisan unsur serapan dalam Bahasa Indonesia sangat runyam.Dikatakan demikian sebab pemakaian Bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan situasi dan kondisinya.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian Bahasa Indonesia dibenarkan apabila:
  1. Konsep yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia, atau
  2. Unsur itu merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kerang layak dipakai unsur Indonesianya.
Berikut ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi:
  • ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Haemoglobin hemoglobin
Haematitehematite
  • ai tetap ai
Trailer trailer
Caisson kaison
  • e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k
Construction konstruksi
Crystal Kristal
Classification klasifikasi
Caupe kup
  • c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s
Central sentral
Cylinder silinder
Ceolom selom
  • cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k
Accommodationakomodasi
Acculturation akulturasi

2.2Penggunaan Tanda Baca
Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan tanda baca yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa tanda baca yang dipakai dalam Bahasa Indonesia yaitu :
  1. Tanda baca titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a.       Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh : – Saya beragama islam
b.      Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Contoh :- 4.1 Pembahasan
c.       Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Contoh :- pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d.      Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh : – Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.

2.      Tanda baca koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
  1. Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian.
Contoh:Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
  1. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan. Contoh:- Semua pergi, tetapi dia tidak.
  1. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh: Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating.
  1. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.
  1. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.

3.       Tanda baca titik koma (;)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
  1. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara. Contoh: Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan; memantul di atas permukaan laut; indah sekali pemandangan ketika itu.
  1. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
4.      Tanda baca titik dua (:)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut:
  1. Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.
  1. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan penerbit buku acuan.
5.       Tanda hubung (-)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
  1. Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di dimulai dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an, singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap. Contoh: Se-Indonesia
  1. Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh: di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge
6.      Tanda Pisah (–)
Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (–) dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh: 1920–1945

7.      Tanda elipsis (…)
Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang hilang.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih lanjut.

8.      Tanda kurung ((…))
Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
  1. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
  1. Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. 
9.      Tanda tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan jawaban.
Contoh: Siapa yang membawa tas saya ?

10.  Tanda seru (!)
Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!

11.  Tanda kurung siku ( [] )
Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-89])

12.  Tanda petik (“…..”)
Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung .Contoh: “Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)

13.  Tanda petik tunggal (‘…’)
Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: Mastery Learning ‘belajar tuntas’

14.  Tanda garis miring (/)
Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim. Contoh: 14/YPU-i/12/99

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.

3.2 SARAN
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSAKA


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar